Museum RA. Kartini merupakan salahsatu destinasi andalan pariwisata turis lokal di Jepara. Tempat yang banyak menyimpan benda-benda milik pahlawan wanita kelahiran Kota Ukir dan keluarganya itu terletak di jantung kota. Tepatnya di sisi pojok barat alun-alun Jepara.
Benda-benda peninggalan Kartini sampai saat ini masih terawat dengan baik di Museum Kartini. Seperti meja-kursi, bebrapa foto keluarga Kartini, dan meja yang digunakan Kartini belajar.
Selain benda-benda tersebut, museum Kartini juga menyimpan benda-benda yang mempunyai nilai sejarah yang ditemukan di wilayah Jepara. Misalnya kepingan uang logam kuna, keramik dan guci kuna.
Tak hanya benda yang mempunyai nilai sejarah saja yang di simpan di Musem Kartini. Benda-benda yang mempunyai cerita mitos yang sangat kental dnegan Jepara pun turut disimpan di sana. Seperti tulang ikan Joko Tuo yang berukuran "Wow", 16 meter panjangnya.
Konon, Ikan Joko Tuo di temukan dalam keadaan mati terdampar di perairan Karimun Jawa. Selain itu, ikan tersebut masih berkait dengan legenda asal mula Desa Ujungbatu, Jepara.
Untuk dapat melihat benda-benda koleksi Museum Kartini cukup membayar tiket masuk Rp. 3.000 bagi orang dewasa, dan Rp. 1.500 bagi anak-anak. Cukup murah bukan untuk takaran museum pahlawan nasional.
Puncak kunjungan ke Museum Kartini pada bulan Aril, tepatnya tanggal 21. Sebab, tanggal tersebut merupakan tanggal lahir RA. Kartini. Menurut pengakuan Latif, penjaga loket Museum Kartini, pada hari-hari biasa, museum Kartini ramai dikunjungi pada hari Sabtu - Minggu dan hari-hari libur nasional.
Sayang, museum yang terletak di tengah kota yang di kelilingi banyak sekolah dari berbagai jenjang itu belum dimanfaatkan secara maksimal untuk proses pembelajaran. Dalam ingatan Latif selama empat tahun terakhir, hanya beberapa sekolah yang dengan sengaja membawa para siswanya berkunjung ke museum.
Menurut pengakuan Latif, sampai saat ini, punjung Museum Kartini mayoritas masyarakat dari luar Jepara. Hal tersebut dikuatkan temuan Jepararaya.com, dari dua puluh pelajar SMA yang dipilih secara acak, hanya 8 anak yang pernah berkunjung ke Museum Kartini.
Hal tersebut jika tidak diantisipasi sejak dini, bisa jadi Museum Kartini tinggal cerita, seperti gedung film Mutiara. Atau hanya tinggal nama, Jalan Kartini dan RSUD. RA. Kartini. (JR-Bend)